Mungkin kalau berniat menuju ke kraton Yogyakarta sudah terlalu mainstream. Cobalah untuk sekedar berjalan-jalan sejenak menuju Puro Pakualaman. Tidak terlalu jauh dari Malioboro, namun bila cuaca sudah cukup terik di Yogyakarta, anda perlu naik becak atau dokar dari Malioboro. Di Puro Pakualaman ini tidak hanya ditemukan keraton yang masih kerabat dekat dengan keluarga Raja Yogyakarta, namun juga sebuah masjid yang berumur cukup tua yaitu Masjid Besar Pakualaman.
Sepertinya segala yang di Yogyakarta ada hubungan yang cukup erat dengan sejarah Indonesia. Tidak pula dengan Puro Pakualaman. Banyak sekali arca dan artefak yang tertata masih sangat rapi di istana mungil ini. Kadang kita perlu juga mengunjungi lokasi-lokasi sejarah sekunder yang ternyata banyak memberikan info-info live tentang sejarah Indonesia kepada kita.
Makanan yang kebetulan saya temukan saat jalan pagi pun begitu lezat, ada gudeg dan gempol plered. Keduanya sangat identik dengan kuliner klasik, hidangan yang telah lama dihidangkan pada keluarga-keluarga Jawa. Cukup dengan merogoh kocek 10 ribu untuk gudeg dan 5 ribu untuk gempol plered, sayapun sudah kenyang menghabiskan hidangan bernuansa Jawa.
Untuk pergi ke Yogyakarta saya rasa tidak lagi ada kesulitan, dengan jalan darat, laut maupun udara semua bisa. Bahkan apabila anda menggunakan pesawat terbang, anda akan sampai di bandara yang lumayan kecil, bandar yang memang dimiliki oleh militer setempat. Silahkan datang ke Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar